Kamis, 05 Mei 2011

JERUK SIPIT VERSUS JERUK BELO, ( Sedikit Gambaran Nyata Perdagangan Bebas ACFTA )



Apaan tuh???, jeruk sipit sama jeruk belo, emang jeruk punya mata apa???. Oke kita simak dulu cerita di bawah ini:

“Pak maaf sedang apa ? “. Seorang wanita berpakaian kemeja putih dengan rok hitam, serta di lehernya tergantung sebuah kalung bertuliskan “Pers “ dan dibawahnya tertulis sebuah perusahaan media cetak ternama di Indonesia. Ternyata wanita itu seorang wartawan.

“Ya biasa mba, mau panen jeruk”. Kata seorang bapak petani jeruk yang berumur sekitar 40an tahun, yang kelihatannya sedang memanen jeruk di kebun jeruk miliknya bersama istrinya. Dan seketika itu juga terjadi obrolan hangat antara kedua orang tersebut.





Banyak pak panennya, di jual kemana?”
“Yah seadanya mba, di jual ke pasar terdekat di kota, sekarang jeruk murah banget mba, dulu pas 2 tahun lalu bapak masih bisa jual jeruk sekitar Rp. 9000,00 per kilo, sekarang Cuma Rp. 2000,00 perkilo”. Kata bapak petani jeruk dengan wajah pasrah.

Wah rugi dong pak, memangnya kenapa pak?, kok bisa murah gitu “, tanya wartawan itu.
“Yah mba, sekarang kan di pasaran ada jeruk dari Cina, harganya lebih murah, warnanya kuning-kuning dan lebih awet, pedagang lebih suka ambil jeruk Cina daripada jeruk lokal mba, jadinya harga jeruk lokal menurun drastis, petani banyak yang rugi mba, apalagi biaya yang harus dikeluarkan petani jeruk lebih gede daripada harga jeruk lokal di pasaran”, kata bapak petani jeruk itu semakin pasrah.

Ooh gitu, terus rencana bapak ke depan apa pak? Dengan semakin murahnya harga jeruk lokal”.
Tahu mba lah, bapak bisanya cuma bertani jeruk, kalau bertani padi enggak bisa, ini kebun jeruk warisan bapak saya, sejak kecil ya ini kemampuan saya bertani jeruk, kalau jeruk lokal bisa mahal lagi yah bapak terus bertani jeruk, tapi kalau begini terus, yah bapak mau jual tanah ini aja, kaya pak Kasman sama pak Parjo, pemilik kebun sebelah itu mba”, kata bapak petani jeruk sangat pasrah.





“Lho kok dijual pak, apa gak sayang?, terus yang mau beli siapa?”.
Yah gimana lagi mba, jualan jeruk rugi terus, anak masih kecil-kecil, butuh biaya sekolah, biaya ini itu, rencananya sih bapak mau ngojek aja, entar uang hasil jual tanah sebagian bapak belikan motor, buat ngojek. Yang mau beli sih sudah ada, orang cina ( keturunan cina ) dari Semarang, katanya mau dibangun Perumahan elit”, kata bapak itu, pasrahnya semakin menjadi-jadi.

Yah itulah faktanya sobat muda, itulah maksud dari judul tadi, Jeruk sipit versus Jeruk belo, alias jeruk mandarin versus jeruk lokal.

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA )





ACFTA, adalah sebuah area perdagangan bebas antara negara-negara Asean dengan negara China, dimana barang-barang impor akan masuk ke dalam negeri tanpa pajak, sehingga harga barang impor menjadi lebih murah.

ACFTA atau disebut juga CAFTA di mulai sejak 1 Januari 2010, sehingga sejak itu kita bisa lihat di pasaran berbagai macam barang-barang impor asal negeri tirai bambu membanjiri pasar, seperti buah-buahan semacam jeruk, sayuran, dan sebagainya, bahkan kangkung Cina pun bisa kita temukan di berbagai supermarket.

Akibatnya jelas, barang-barang hasil pertanian lokal seperti jeruk medan, jeruk pontianak, jeruk malang, jeruk jawa, dan sebagainya kalah bersaing dengan jeruk impor dari negeri tirai bambu, dan petani jeruk akhirnya yang menjadi korban.

Walaupun ada sisi positifnya, yaitu membanjirnya ponsel-ponsel buatan Cina yang murah meriah namun fitur bisa dikatakan bersaing dengan ponsel pabrikan mahal seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung dan sebagainya, penulis juga punya satu.

MARI ELKA PANGESTU, “MENTERI PERDAGANGAN CINA”





Lho ini penulis kok ngawur sih, masa menteri perdagangan Indonesia dikatain menteri perdagangan Cina. Oke itu sebenarnya bukan pernyataan dari penulis, itu pernyataan dari Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia ustad Ismail Yusanto.





Menurut Ustad Ismail Yusanto dalam pernyataannya, mengatakan bahwa Mari Elka Pangestu itu Menteri Perdagangan Indonesia atau Menteri Perdagangan Cina sih?, kok sebegitu ngototnya dia menggolkan ACFTA ini, seolah dia lebih membela negara Cina daripada Negaranya sendiri, padahal indistri dan pertanian dalam negeri tidak siap untuk melakukan perdagangan bebas. Lebih dari 50 % pengusaha dalam negeri terancam bangkrut karena perdagangan bebas dengan Cina ini. ( Ismail Yusanto, 25 Januari 2010, dalam Halkah Islam dan Peradaban, Crown Palace Building Jakarta ).

Memang  pernyataan Ustad Ismail tersebut terbukti loh saat ini, menurut laporan Republika online tanggal 29 April 2011 menyatakan bahwa neraca perdagangan Cina dan Indonesia belum imbang.  Yah gimana mau imbang, orang petani jeruk, serta petani lainnya dan beberapa industri dalam negeri banyak yang bangkrut gara-gara perdagangan bebas tadi, selamanya yah gak bakalan imbang, dan akhirnya ekonomi kita semakin dijajah asing, terutama negara-negara Kapitalis.

Rakyat Berteriak “ Ketidak Adilan Perdagangan Bebas”





Tentu saja kebijakan perdagangan bebas dengan Cina menimbulkan berbagai macam protes dimana-mana, yah namanya juga rakyat kecil yang masih berpikiran sehat, dan semakin cerdas, tentu saja protes dong, siapa yang mau tertindas, cacing saja diinjak menggeliat-geliat, apalagi manusia yang punya akal.

Namun teriakan protes rakyat atas ketidak adilan ini sirna dengan ledakan bom “teroris” di Masjid Adz Zikra Mapolresta Cirebon, seakan teriakan rakyat kalah keras dengan suara ledakan bom yang bergema bahkan sampai sekarang ini.


Opera Van Teroris, sebuah megadagelan politik

Lalu dagelan politik “ ledakan bom” itu dikait-kaitkan dengan orang-orang yang menyuarakan Syariat Islam, dengan tema deradikalisasi Islam di Sekolah-sekolah, pondok pesantren dan kampus. Hal itu diperkuat dengan diangkatnya isu NII ( Negara Intelejen Indonesia, itu kata orang yang memplesetkan ), dengan isu cuci otak, dan pemerasan, semakin mengkaburkan suara teriakan rakyat yang sebenarnya. Padahal kasus NII KW 9 sudah ada sejak puluhan tahun lalu, kenapa sekarang baru dipersoalkan.

Rakyat kecil Lapar itu butuh makan, bukan dagelan politik murahan semacam itu, mana mereka kenyang, sudahlah, dagelan sudah banyak ada OVJ, ada Srimulat dan lainnya, gak usah ditambahin dagelan politik segala, kasihan rakyat kecil, mereka tak akan tertawa karena mereka lapar.

PEREKONOMIAN MENURUT ISLAM





Allah SWT berfirman :
Orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. ( An Nisa, ayat 141 )

Dalam pandangan Islam, perdagangan luar negeri dikontrol sepenuhnya oleh negara, untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri serta memperkuat daya saing, serta dakwah Islam.

Negara Khilafah boleh melakukan perdagangan dengan negara lain yang tidak memerangi kaum muslim secara terang-terangan, seperti halnya Cina ( memerangi Uighur ) dan Amerika Serikat. Lhooo... entar kita akan diembargo dong oleh mereka?, gak usah takut, Negeri kita adalah negeri kaya raya, yah silahkan kalau mau mengembargo paling juga sana yang rugi, kita malah tambah makmur dan mandiri kalau diembargo Amerika dan Cina, soalnya kekayaan alam kita buat rakyat semua.





Kok bisa gitu??? Terus caranya gimana???, yah ini caranya :
1. Negara Khilafah akan membuat kebijakan yang menyediakan saran dan prasarana yang memadai untuk mendukung dan meningkatkan perekonomian dalam negeri. Seperti jalan, alat transportasi, manufaktur, telekomunikasi, pergudangan, serta sarana-sarana penting lainnya.

2. Membuat Undang-Undang anti paten dan royalti atas penemuan teknologi baru, sehingga terjadi transfer teknologi yang cepat, dan mendukung kemajuan.

3. Memberlakukan Kewajiban Rukun Islam ke empat ( 4 ) yaitu Zakat dengan Undang-undang, sehingga terjadi transfer modal dan kekayaan antara si kaya kepada si miskin, sehingga perekonomian pun dapat berjalan dan meningkat secara pesat.

4. Memproteksi sepenuhnya barang-barang impor, jika memang itu menganggu dan merugikan perekonomian dalam negeri, yah misalnya kalau kita sudah bisa produksi jeruk ya ngapain kita impor jeruk, lagian jeruk kita lebih segar, dan lebih enak kok.

5. Mengolah Sumber Daya Alam dengan menggunakan sumber daya manusia dalam negeri yang sebenarnya sudah terbukti handal, mengusir Freeport, Exxon Mobile dan sebagainya secara hina ( wahh lebay ), karena mereka sudah terlalu banyak menyengsarakan rakyat.

6. Mengelola dan memanfaatkan aset-aset umum, merampasnya dari kepemilikan asing dan memanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Sehingga penjajah asing juga akan terusir secara hina juga. Lah ngapain kita kasihan sama mereka, orang gak tahu diuntung gitu.

Dengan kebijakan ekonomi Islam maka kemamuran merata dan adil akan kita peroleh dan bukan isapan jempol belaka, sebab sudah terbukti selama 12 Abad lamanya.



SIKAP KITA SEBAGAI KAUM MUSLIMIN

Tentu saja kita harus memperjuangkan tegakknya kembali Syariat Islam dalam naungan negara Khilafah Islam, yang akan mempersatukan kaum muslimin dan mengakhiri penjajahan Kapitalisme di dunia.



Memperjuangkan tegakknya kembali Syariat Islam bukan hanya untuk memberikan solusi atas kemiskinan dan keterpurukan bangsa, tetapi juga sebagai wujud pelaksanaan kewajiban kita sebagai umat Islam. Karena Syariat Islam yang diciptakan oleh Allah Swt itu wajib kita laksanakan, tidak ada alasan apapun bagi umat Islam untuk menolak Syariat Islam. Gak mau kan kita dianggap kafir, karena menolak Syariat Islam, ihhh naudzubillah deh.




4 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice, izin share

Redaksi mengatakan...

Syukron
SILAHKAN

latitu chan mengatakan...

KEREEN

ijin bagikan juga

Redaksi mengatakan...

Silahkan, syukron

DALAM NEGERI

DALAM NEGERI
PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO

Dalam Negeri

Dalam Negeri
93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

Internasional

Internasional
Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

PASAR ANDROID

PASAR ANDROID, DOWNLOAD BANYAK APLIKASI ANDROID BERBAYAR ( PREMIUM ) DENGAN GRATIS

Tentang Kami

Sahabat

Penggemar