Rabu, 25 Mei 2011

ISLAM DAN SYARIATNYA ITULAH NILAI-NILAI LUHUR BUDAYA INDONESIA



Isu terorisme dan NII KW 9 yang belakangan ini terus muncul dan mencuat ke permukaan, dan oleh banyak pihak dinilai sebagai sebuah dagelan politik semata, memunculkan wacana kembali ke Pancasila sebagai sebuah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, dan waspada kepada ideologi transnasional.

Layaknya orde baru doktrin Pancasila yang katanya digali ( emang tanah ) dari nilai-nilai luhur bangsa yang merupakan “ideologi “ Negara Indonesia ini. Pancasila seakan akan dijadikan kembali azas tunggal layaknya jaman orde baru.

Baiklah sobat muda, sebenarnya apa saja sih budaya yang dianggap budaya luhur bangsa Indonesia. Mari kita bahas

ASAL MULA BANGSA INDONESIA



Nama asli Indonesia adalah Nusantara ( nusa antara ) atau kepulauan-kepulauan, orang Cina menyebutnya kepulauan laut selatan, sedangkan orangnya disebut orang laut selatan, ketika dulu orang Cina hendak mendatangi Nusantara mereka mengatakan akan turun ke laut selatan.

Seperti yang disebutkan dalam buku-buku sejarah dan ilmu Antropologi, sebagaimana pendapat dari Albert Buffon, masyarakat Indonesia adalah sub ras dari ras besar Mongoloid yaitu Malayan Mongoloid ( Mongol Melayu ), dengan ciri fisik yaitu wajah berbentuk cembung seperti perisai ( wajah khas ras mongoloid ), bermata lebih lebar dan berkulit lebih gelap daripada Ras Asiatik Mongoloid.

(Kiri) Asiatik Mongloid, (Kanan) Malayan Mongoloid

Menurut pendapat para ahli Antropologi dan Kependudukan, ras Mongoloid datang dari daratan Asia Timur, menyebar ke seluruh Asia Tenggara sampai Nusantara, antara tahun 1000-500 SM, menggusur orang-orang sub ras Austromelanesoid ( subras dari Negroid, seperti, NTT, Timor, Papua, Maluku Selatan, Pasifik, Aborigin, Maori ), yang sebelumnya telah menguasai Nusantara, dan pada akhirnya menguasai Indonesia bagian barat dan tengah dan bertransformasi menjadi suku-suku di sana. Sedangkan bagian timur tetap dikuasai Ras Austromelanesoid.

Tentu saja kata-kata menggusur di sini maksudnya adalah mengusir dengan kekerasan ( perang ) atau ancaman kekerasan, karena tidak mungkin orang-orang Austromelanesoid dengan sukarela hengkang dari tanah yang mereka kuasai selama barabad-abad, namun dengan kata yang diperhalus agar tidak memicu konflik beberapa pihak. Bukan bermaksud untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi kalau menurut ahli antropologi itu kenyataannya.

ASAL MULA KATA INDONESIA



Kata Indonesia tidak lepas dari menyebarnya agama Hindu dan Budha ke Nusantara oleh para pedagang dari India, agama Hindu yang diterima dengan tangan terbuka ini mengubah banyak sisi kehidupan, budaya dan adat masyarakat nusantara. Nama-nama Kerajaan, kota-kota, tempat berubah menjadi Bahasa Sansekerta yang diadaptasi ke Bahasa Nusantara, seperti Tarumanegara, Sriwijaya, Majapahit, Singasari, dan sebagainya, untuk nama kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Puwakarta, Purwokerto, dan lainnya.

Nama-nama orang-orang di nusantara pun berubah, mungkin sebelumnya orang-orang nusantara seperti Jawa menggunakan nama asli seperti Paijo, Tukijo, Sarimin, Samijo, Tuginem dan sebagainya, setelah kedatangan agama Hindu nama-nama mereka berubah menjadi nama-nama yang berbau Sansekerta seperti Aditya, Raditya, Rangga, Mulawarman, Purnawarman, Arjuna, Bima, Sengkuni, dan sebagainya, tergantung dari kasta apa orang itu. Nama-nama Paijo dan sebagainya tetap digunakan untuk kasta paling rendah.



Bahkan sampai sekarang nama-nama Sansekerta masih dipakai untuk nama orang dan tempat, seperti Bina Graha, maksudnya rumah pembinaan, tetapi katanya Graha itu artinya bukan rumah tapi artinya maaf, iblis, rumah itu bahasa Sanksekertanya adalah Griya bukan Graha, kalau gak percaya tanya Syakhrukh Khan sana. Nama-nama seperti Susilo Bambang Yudhoyono itu juga berasal dari bahasa Sansekerta, Susilo ( susila ) atau kehormatan, Bambang ( nama Jawa asli ), Yudhoyono ( Yudha itu perang) mungkin artinya Bambang seorang Ksatria yang penuh dengan Kehormatan, keren namanya, lebay orangnya.

Sehingga setelah sekian abad, Hindu menyebar ke seluruh nusantara maka Nusantara disebut dengan kepulauan India Timur / Hindia, oleh padagang dari Arab, Persia dan Romawi ( Eropa ).

Dalam sejarah Islam, Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan pernah datang ke Jawa, Beliau bermaksud menjalin hubungan dekat dan mencari peluang dakwah Islam ke Nusantara, kemudian beliau menulis buku berjudul Ajaib Al Hindi, atau keajaiban dari Hindia.

Kemudian datanglah Islam ke Nusantara, dan sekali lagi Islam diterima dengan tangan terbuka, kenapa kok semua diterima dengan tangan terbuka???, karena nenek moyang kita itu pinter, mereka menganggap semua itu sebagai sebuah kemajuan, jadi yah diterima dengan tangan terbuka.



Islam kemudian mengubah banyak aspek kehidupan, budaya, adat dan tradisi, seperti Kerajaan diubah menjadi Kesultanan, Raja berubah nama menjadi Sultan, cara berpakaian, nama-nama dan sebagainya, namun di sini Islam memberikan sentuhan baru kepada Rakyat Nusantara yaitu sentuhan persatuan dengan ukhuwah Islamiyah, hal ini terbukti ketika Portugis menguasai Malaka, Kesultanan Aceh dan Demak pun menyerang kedudukan Portugis di sana.

Tuhoe Meuhaba, Armada Kapal Perang Aceh berbendera Khilafah Utsmani ( Sekarang Bendera Turki ), menyerang Portugis di Malaka

Akhirnya Belanda, Spanyol dan Inggris datang menjajah Nusantara, Belanda mendirikan pemerintahan Netherland Indiche atau Hindia Belanda, Inggris mendirikan pemerintahan di Malaka, Spanyol mendirikan pemerintahan di Filipina. Belanda dengan pengaruh politiknya mencoba untuk menghilangkan budaya Islam dari Nusantara, dan mengubah budaya menjadi kebarat-baratan, sehingga KeIslaman rakyat Indonesia menjadi semakin lemah dan semakin mudah dijajah.

Pada 28 Oktober 1928 terjadilah sumpah pemuda, dalam momen itu disepakati nama untuk Nusantara ketika merdeka dengan nama Indonesia, yaitu berasal dari Hindia ( India Timur ) menjadi kata Indo, dan bahasa latin Nesos ( Nation ), yang artinya Negara, jadi Indonesia adalah Negara India ( Timur ), setelah Merdeka kita menyebut sebagian besar Nusantara ini dengan Indonesia, dengan mata uang Rupiah, sedangkan Negara India rumahnya Syakhrukh Khan munggunakan mata uang Rupee ( Rupi ), sama kan, Cuma dikasih ah saja.

Jadi intinya masyarakat kesatuan dan Bangsa Indonesia merupakan hasil dari campur aduk berbagai macam budaya Transnasional yang ada, seperti Cina, India, Islam, Eropa. Jika kita kaji, kosakata dalam bahasa Indonesia itu 40 % adalah kosakata bahasa Arab, selebihnya adalah dari bahasa melayu kuno, dan saksekerta, serta bahasa-bahasa serapan lain, kaya portugis, belanda, dan lainnya.

PANCASILA JUGA BERASAL DARI IDE DAN BUDAYA ASING



Gak percaya????... lihat namanya saja Pancasila, dari bahasa Sansekerta, kalau mau mengatakan dari budaya sendiri kenapa gak namanya Lima Aturan Dasar saja, begitu juga dengan Bhineka Tunggal Ika, jelas Bahasa Sansekerta.

Pancasila yang digadang-gadang sebagai Ideologi bangsa yang katanya digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, namun menurut beberapa pihak banyak terpengaruh pemikiran asing. Beberapa pemikiran asing misalnya dari India yaitu Mahatma Gandhi, dari Cina yaitu Sun Yat Seng dengan Sa min chui ( tiga asas rakyat ), yang mempengaruhi pemikiran Ir. Soekarno dalam merumuskan Pancasila itu.

Selain itu juga, ada yang menyebutkan Pancasila dan Burung Garuda tidak lepas dari pengaruh Freemasonry, dan juga berasal dari kitab Talmud ( kitab sucinya Yahudi ), wah-wah-wah, sampai Yahudi saja ikut meramaikan budaya kita. Seperti yang dikutip oleh voa-islam.com dan arrahmah.com, bahwa 5 Sila ini ada hubungannya dengan doktrin Talmud yaitu Monoteisme ( Tuhan satu untuk Bani Israel ), Humanisme ( Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab bagi bangsa Israel ), Demokrasi, Sosialisme. Apakah itu sebuah kebetulan saja, ataukah itu memang kita niru-niru mereka.

KITA MARAH KETIKA SEBAGIAN BUDAYA KITA “DIKLAIM” ORANG LAIN, NAMUN REALITANYA KITA JUGA MENGKLAIM BUDAYA ORANG



Kita marah-marah ketika pemerintah Malaysia mengadakan pertunjukkan Reog Ponorogo, di Istananya, pemberitaan pun diarahkan kepada opini umum bahwa Malaysia mengklaim budaya kita, padahal kenyataannya bukan seperti itu. Pemerintah Malaysia hanya bermaksud mempertunjukkan keragaman masyarakatnya yang juga ada pendatang dari Ponorogo.

Jelas opini itu dikeluarkan oleh musuh-musuh Islam yang tidak senang dengan kemesraan bangsa serumpun yang terpaksa beda negara ini hanya gara-gara beda penjajah saja. Maka dengan segala cara hubungan Indonesia dan Malaysia dipecah belah, diprovokasi untuk perang, diprovokasi untuk rebutan Sipadan dan Ligitan, blok Ambalat. Yang senang adalah Yahudi dan Amerika Serikat, musuh umat Islam.



Kenyataan lain kita mengklaim budaya orang sebagai budaya sendiri, yah akibat campur aduk budaya asing yang masuk nusantara, maka banyak budaya asing yang kita klaim sebagai budaya kita, contohnya jelas salah satunya cerita pewayangan, seperti Mahabarata, dan Ramayana, itu jelas dari India, toh mereka orang India gak pernah marah-marah sama kita. Kota Sumedang dinobatkan sebagai kota Tahu, padahal makanan Tahu asalnya dari Cina, toh orang Cina gak pernah tuh marah-marah sama orang Sumedang, dan masih banyak lagi. Hmm... kita memang gak dewasa.

ISLAM DAN SYARIATNYA ADALAH NILAI-NILAI LUHUR BUDAYA KITA



Tidak bisa dipungkiri Islam telah merubah sebagian besar budaya kita. Budaya kita yang sebelumnya terbentuk dari campur aduk berbagai budaya, semakin diperkaya dengan budaya Islam.

Budaya Islam menghilangkan banyak budaya-budaya Syirik dan budaya lain yang tidak sesuai dengan Syariat Islam, membentuk tatanan sendiri pada masyarakat nusantara yang lebih Islami.

Budaya Islam juga memberikan warna baru bagi rakyat Nusantara yaitu kerukunan dan Persatuan. Walaupun di Nusantara ada beberapa Kesultanan, namun Kesultanan itu hanya dianggap sebagai pemerintahan yang sifatnya admisnistratif dan keamanan semata, sedangkan hubungan antara umat Islam di nusantara dan juga negeri-negeri lain di mancanegara tetaplah satu yaitu Ukhuwah Islamiyah.

Adat Basandi Syara’, Syara’ basandi kitabullah ( Adat bersumber dari Syariat dan Syariat bersumber dari Kitabullah ( Al Quran )) adalah salah satu semboyan di wilayah Sumatera yaitu di Palembang, selain itu Aceh juga pernah menerapkan Syariat Islam, Kesultanan Demak juga menerapkan Syariat Islam, walaupun pada perkembangannya Kesultanan ini akhirnya terbentur dengan budaya Hindu dan kejawen, yaitu setelah berubah menjadi Kesultanan Mataram, karena ulah dari politik pecah belah Penjajah Belanda.

Penjajah Belanda berusaha keras menghilangkan budaya Islam di Nusantara, dengan bantuan Freemasonry ini Belanda berhasil mengembalikan bangsa Indonesia ke jaman kebodohan, berbudaya primitif, dan bermental terjajah. Tujuannya mengokohkan penjajahan Belanda.

Sampai awal abad 19 pun, masyarakat Indonesia masih mengakui Khalifah Utsmani di Turki sebagai Raja Agung mereka, yaitu Raja di atas Raja-raja mereka atau Rajanya Umat Islam, hal itu dicatat oleh Snouck Hugronje.

KEMBALI KE BUDAYA LUHUR SAMA DENGAN KEMBALI KE ISLAM

Konferensi Rajab 1432 H, untuk Jateng dan DIY, di Jogja Expo Centre, Yogyakarta, 19 Juni 2011, saatnya Islam memimpin dunia

Jadi kesimpulannya jelas, bahwa Islam dan Syariat-Nya merupakan salah satu sumber budaya kita, Islam telah mewarnai dan merubah budaya kita selama berabad-abad, memberikan kemajuan fisik pada rakyat Nusantara.

Negeri ini adalah negeri muslim yang kaya raya, sumber daya alamnya melimpah, tanah surga, namun rakyatnya hidup menderita, busung lapar, kismin, sakit, serta bergelimang pada kebodohan karena pendidikan mahal.

Negeri ini juga terjajah secara budaya, budaya barat mendarah daging dikalangan generasi muda, sampai-sampai ada mualaf Jepang yang bernama Islam Maryam mengatakan keprihatinannya dengan anak muda Indonesia yang berperilaku layaknya anak muda Jepang yang kebarat-baratan, bahkan dia yang semula kagum dengan muslim Indonesia di Jepang yang ramah, dan istikomah untuk tidak makan dan minum yang Haram-haram, dan menunjukkan Keislamannya, kecewa ketika datang ke Indonesia untuk pertama kalinya, karena melihat gaya hidup generasi mudanya yang kebarat-baratan dan tak jauh beda dengan remaja Jepang yang juga sudah rusak moralnya oleh budaya Barat. Dia  juga berkata kenapa remaja Muslim Indonesia justru tidak bangga dengan Islam sebagai agamanya. ( dikutip dari blog kisah mualaf muslimah Jepang, www.forjusticeanghumanity.multiply.com ), apa kita gak malu hah...dibilang kaya gitu sama orang Jepang.

Mualaf Muslimah Jepang yang berkerudung biru muda itulah yang mengkritik tegas kelakuan generasi muda Indonesia

Jelas Negeri ini butuh perubahan total, yang nyata, dan benar-benar membawa pada kebangkitan hakiki. Perubahan itu adalah perubahan Islam ( diterapkannya Syariat dan Khilafah ). Karena jelas perubahan-perubahan yang lain yang katanya diambil dari budaya luhur bangsa ternyata gagal total, kenapa tidak kita melirik ke Islam saja yang juga adalah budaya luhur bangsa ini.




0 komentar:

DALAM NEGERI

DALAM NEGERI
PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO

Dalam Negeri

Dalam Negeri
93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

Internasional

Internasional
Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

PASAR ANDROID

PASAR ANDROID, DOWNLOAD BANYAK APLIKASI ANDROID BERBAYAR ( PREMIUM ) DENGAN GRATIS

Tentang Kami

Sahabat

Penggemar