Jumat, 30 September 2011

BERPETUALANG KEMBALI KE NEGERI ENDOLENCE




Lama sekali sejak penulis pertama kali menuliskan tentang sebuah negeri yang bernama Endolence, yang kemudian juga sering mengisi posting demi posting blog ini. Sebuah negeri antah barantah, alias fiktif belaka, sebuah negeri dimana gambaran sebuah ironi kehidupan paradok manusia terjadi. Hmm.. pasti ada yang tanya apa itu Ironi apa itu Paradok, ya udah ikuti saja tulisan ini.

ENDOLENCE

Bendera Negeri Endolence

Dalam bahasa Inggris, Indolence, kata ini dapat diartikan sebagai loyo, lunglai, lemas, atau lemah. Endol ( e dibaca seperti membaca kata emas) dalam bahasa Jawa berarti nol ( 0 ). Yah gambaran itu tak jauh-jauh dari gambaran negeri Endolence ( e dibaca seperti membaca kata enak ).

Yah para founding father negeri ini menamai karena memang penjajah yang menjajah negeri ini sebelumnya menyebut negeri jajahan mereka dengan nama Endol Island atau kepulauan Endol.

Memasuki Negeri Endolence



Sawah-sawah hijau, membentang, gunung-gunung, hutan-hutan serta lautnya luas ikannya melimpah, tanahnya subur, bahkan saking suburnya daun saja bisa tumbuh menjadi tanaman*. Dari dalam tanah tertimbun milyaran liter Minyak Bumi, milyaran ton emas, tembaga, nikel, timah dan sebagainya, sebuah gambaran yang mensiratkan sebuah kemakmuran, sebuah kekayaan dan sumber daya kemajuan yang luar biasa besar bagi penduduknya.

Masjid-masjid berdiri megah hampir di seluruh antero Negeri ini, ada yang bergaya Lokal, Persia, Arab, Andalusia, Turki, Tiongkok, Yunani, bahkan perpaduan dari unsur-unsur budaya tadi. Setiap pagi terdengar suatu senandung terindah sejagat raya, mengalun, dan membangunkan setiap jiwa-jiwa yang dipenuhi Gharizattut Tadayyun ( naluri beragama ) kepada-Nya, dengan syair khasnya setiap pagi ashollatu khairum minan naum ( Sholat itu lebih baik daripada tidur). Beberapa Masjid yang berplat hijau, selalu mengumandangkan shalawat dan puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya selepas Adzan yang berkumandang seantero negeri. Itu semua mensiratkan sebuah kehidupan masyarakat yang Islami.


Bulan Ramadhan tentu saja lebih semarak lagi, jikalau malam hari, puluhan orang beritikaf di Masjid, membaca Al Quran, berzikir, atau hanya sekedar tidur di Masjid menunggu jatah makan sahur yang disediakan takmir atas sumbangan dari warga sekitar, biasanya mereka adalah para Mahasiswa yang memang mengirit pengeluaran mereka di bulan Ramadhan dengan buka puasa dan sahur di Masjid yang gratis, agar pas lebaran nanti punya uang untuk membeli gadget terbaru atau smartphone touchscreen Android spesifikasi terbaru yang sedang tren.

Lagu-lagu Islami pun cukup ngetren di Negeri ini mengisi sebagian lagu-lagu umum dan sekuler, sebut saja lagunya Maher Zein, sangat digemari oleh penduduk negeri muslim ini, itu loh yang syairnya “Insya Allah 3x, bang Toyib Pulang...”, husss... salah.

Semua mencerminkan bahwa Negeri Endolence adalah sebuah negeri yang Mayoritas penduduknya beragama Islam, terlihat dari banyaknya masjid-masjid dengan gaya bangunan dari akulturasi berbagai budaya, serta suasana keislaman yang ada di setiap masyarakatnya.

IRONI DAN PARADOK

Yah inilah yang disebut dengan Ironi dan Paradok, negeri dengan penduduk Muslim yang mayoritas, bahkan mungkin terbesar di dunia, maka secara logika negeri Endolence adalah negeri umat-umat terbaik ( khairu ummah ) sepanjang sejarah peradaban manusia. Karena sesuai dengan janji Allah, bahwa kaum muslimin adalah khairu ummah ( umat terbaik ).

Faktanya


Setelah kita berjalan-jalan lebih lama, lebih dalam ke negeri ini, maka terlihat pemandangan yang ironis dan paradok dari negeri khairu ummah ini.

Diluar gambaran itu semua, terbentang berjejal-jejal rumah-rumah di pinggir sungai, kumuh, kotor, menyedihkan, dengan penghuninya yang penampilannya tak jauh beda dengan lingkungan rumahnya. Menyedihkan dari gambaran kesengsaraan mereka karena terpaksa harus hidup di negeri khairu ummah ini.

Jalan-jalan dipenuhi oleh mobil, sepeda motor serta kendaraan lain, semrawut, macet, panas dan polusi, di sela-sela kesemrawutan lalu lintas itu, ada langkah-langkah kecil, yang berlari, ada yang menenteng sebuah kotak berisi rokok, minuman ringan, ada juga yang menenteng gitar akustik tapi bukan seorang musisi profesional, namun hanya musisi jalanan yang mencari sesuap nasi. Penampilan mereka semua sama dengan lalu lintas kendaraan di sekitarnya, semrawut, kotor, serta tak terurus. Sebagian dari mereka berlari terbirit-birit dikejar Polisi penertib jalanan dengan alasan menganggu keindahan kota yang sebenarnya sama sekali tidak indah. Sebagian lagi, berlari terkencing-kencing disertai teriakan “copeeeeetttt”.



Di beberapa wilayah, beberapa anak usia sekolah saat jam sekolah justru terlihat sibuk memungut sampah, bergelimang air keruh dan lumpur, mengangkat batu, mencuci mobil, bahkan menservis truk dan pekerjaan-pekerjaan lain yang secara fisik mereka belum siap dan tidak sepantasnya mereka di situ. Mereka anak-anak yang putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali. Tak jarang salah satu dari mereka adalah anak yang jenius, bahkan mungkin calon pengganti Albert Einstein, namun calon pengganti Albert Einstein itu pun akhirnya binasa sebelum tahu siapa Albert Einstein itu, bersama binasanya harapan mereka akibat dibunuh oleh Kapitalisasi dan Komersialisasi Pendidikan kaum Kapitalis Neolib serakah yang menguasai negeri Endolence.

Perjalanan belum selesai, kita menuju ke sebuah rumah bobrok, di situ terbaring seorang anak, kepalanya membengkak, badannya kurus kering tinggal tulang berbalut kulit, orang tuanya hanya pasrah, terlihat dari guratan wajah mereka, sebuah guratan putus asa, pengobatan gratis hanya janji manis yang terngiang di telinga mereka. Tak ada lagi cahaya harapan yang menyala di rumah bobrok itu.

Mari kita kembali ke ibu kota negeri Endolence, tak tahan rasanya kita melihat kesengsaraan umat terbaik ini, mungkin di sana ada setitik kemakmuran yang bisa kita lihat sebagai pelipur lara di hati. Benar saja, deretan gedung-gedung mewah bertingkat-tingkat, apartemen, dan mobil mewah sangat bertolak belakang dengan hidup sebagian besar rakyatnya. Di sana terlihat seorang yang tadi terlihat mengendarai sebuah mobil mewah, kemudian naik ke sebuah panggung untuk beretorika, namun sebenarnya dia adalah orang bodoh yang tumpul otaknya, namun paling pintar berkelit dan bersandiwara, kasus-kasus korupsi tergelar di belakangnya, namun dia seperti tak mempan dengan hukum yang ada.


Orang-orang bahlul ini selalu mengatakan untuk membuat perubahan, janji-janji manis mereka hembuskan, hanya untuk kursi kekuasaan yang mereka jadikan mesin uang, mereka tak peduli dengan rakyatnya, mereka hanya tahu menjual kekayaan alam milik rakyat kepada asing, agar ekonomi tidak diembargo, begitu takutnya mereka kepada asing dan begitu cintanya mereka pada dunia, sampai menuruti apapun perintah asing Kapitalis untuk menyengsarakan rakyatnya.

Kebohongan demi kebohongan selalu mereka katakan, isu demi isu yang tak masuk akal mereka hembuskan, dari isu Jilbab beracun, hantu pocong mencari ari-ari, Ninja pembunuh para Kyai dan yang terakhir Terorisme, mereka jadikan sebagai alat untuk membunuh karakter orang-orang yang berani mengusik kekuasaan mereka, berani mengkoreksi mereka, dan berani ingin mengganti sistem bobrok dan bodoh yang berlaku di Negeri Endolence yang justru menguntungkan mereka. Yah mereka adalah pejabat-pejabat tinggi negeri Endolence.

Dugem = Dunia Gemblung

Kita lihat lagi sisi lain kemakmuran negeri ini, yaitu gemerlap malam, diskotik, dan sebagainya, yang selalu ramai oleh para pemuda dan remaja pemuja kesenangan dunia, hedonisme dan hura-hura. Semua itu telah membutakan mereka semua, yang seharusnya menjadi generasi penerus umat, namun rusak moral dan akhlaknya serta lupa dengan Tuhannya. Tempat-tempat maksiat itu memang sengaja disediakan oleh musuh-musuh Islam untuk merusak generasi mudanya, serta mengkampanyekan hidup bebas, pacaran dan akhirnya 51 % remaja di Negeri ini pernah berzina. Pornografi menguasai negeri ini, bahkan anak usia 11 tahun pun sudah melakukan perbuatan yang tak senonoh.

Sudahlah marilah kita pulang ke rumah peraduan kita masing-masing, sudah cukup kita melihat paradok dan ironi negeri Endolence, sudah puas, atau mungkin sudah tak tahan menahan bara di dada karena sebuah pertanyaan besar yang terpendam yaitu kenapa Negeri Muslim yang katanya Khairu Ummah itu kok faktanya seperti itu, terpuruk, bobrok dan miskin.

MARILAH MENUJU NEGARA KHILAFAH BUANG JAUH NEGARA ENDOLENCE


Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Al a Raaf ayat 96.

Marilah bersama sekejap kita merenung, lupakan dulu BBM kalian, lupakan dulu Facebook kalian, disconnect dulu internet kalian dan close dulu browser kalian... lhooo... malah gak bisa baca blog ini dong.

Kebangkitan adalah suatu hal yang berasal dari sebuah akidah, Eropa bangkit, Amerika Serikat bangkit, Jepang bangkit itu semua karena sebuah akidah yaitu sekulerisme, mereka memang mengakui adanya Tuhan dan agama, namun bagi mereka Tuhan dan agama tidak berhak mengurusi urusan dunia, itulah akidah sekulerisme mereka.

Kebangkitan sekulerisme adalah kebangkitan yang tidak berdasarkan atas wahyu Allah, tapi berdasarkan hawa nafsu manusia, sehingga kebangkitan ini membangkrutkan negeri-negeri lain, merusaknya dan juga tidak membawa berkah kepada rakyat mereka. Kita lihat moral rakyat mereka bobrok, busuk dan ambruk dibanding dengan gemerlap kemajuan peradaban mereka.

Sesungguhnya kita adalah umat Islam, pemegang akidah Islam, sehingga dengan akidah Islamlah kita harus bangkit, yaitu ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam sistem Khilafah. Sebuah kebangkitan yang tak hanya membawa kemajuan dan kemakmuran tapi juga berkah langit dan bumi... Amin. Untuk itulah kita bukan pejabat Negeri Endolence yang konyol dan bobrok itu, kita adalah umat Islam, jangan jadikan umat ini semakin terpuruk dengan tidak diterapkannya Islam secara kaffah.

*tanaman cocor bebek ( kalanchoe pinata ) : sebuah tanaman perdu tropis yang jika daunnya jatuh ke tanah akan menjadi tanaman baru.





2 komentar:

Anonim mengatakan...

sistem khilafah itu konsepnya seperti apa yah? syukron.

Redaksi mengatakan...

Secara singkatnya saja yah, Khilafah adlh sistem pemerintahan Islam, dimana Negara dikuasai kaum muslimin, diberlakukan hukum Islam dan keamanannya di tangan kaum muslimin ( persenjataan buatan kaum muslimin ).
Khilafah berbeda dg konsep Demokrasi, Monarki atau Republik, khilafah konsep tersendiri yang berbeda dengan mereka.
Khalifah ( kepala negara ) dipilih oleh umat, dan dibaiat oleh umat, masa jabatan semampunya dia memegang amanah rakyat, dan jika Khalifah turun jabatan, meninggal atau lainnya maka dalam waktu 3 hari harus ada penggantinya.
Khalifah tidak dapat dijatuhkan oleh Parlemen ( majelis umat ) namun bisa dijatuhkan oleh Mahkamah Mazalim ( pengadilan khusus para penguasa )

DALAM NEGERI

DALAM NEGERI
PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO

Dalam Negeri

Dalam Negeri
93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

Internasional

Internasional
Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

PASAR ANDROID

PASAR ANDROID, DOWNLOAD BANYAK APLIKASI ANDROID BERBAYAR ( PREMIUM ) DENGAN GRATIS

Tentang Kami

Sahabat

Penggemar