Jumat, 10 Juni 2011

TINTA EMAS PENGOBATAN ISLAM, DARI BEKAM HINGGA KEDOKTERAN MODERN



Wahh...lama banget yah penulis gak posting-posting, yah akibat sedikit demam beberapa hari ini jadi gak dapat inspirasi nih, yah memang segala aktivitas kan juga butuh kesehatan fisik, biar aktivitas bisa maksimal.

Akibat sakit penulis jadi mikir bahwa sehat adalah anugerah Allah Swt yang sangat besar bagi manusia. Dengan sehat kita bisa bersekolah, dengan sehat kita bisa bekerja, dengan sehat kita bisa berdakwah, dengan sehat kita bisa nulis blog. Sehat adalah investasi sebuah kaum, karena dengan sehat maka kaum itu dapat membangun peradaban dan berjaya.

RUMAH SAKIT



Apa yang sobat muda pikirkan jika kalian masuk ke sebuah rumah sakit??, bau obat, bau karbol, bau darah, jarum suntik, dokter, suster cantik, suster ngesot... nah yang terakhir itu Cuma khayalan kalian saja. Rumah Sakit memang tak jauh dari gambaran di atas, bahkan penulis sendiri paling gak tahan kalau berada di Rumah Sakit.

Definisi Rumah Sakit



Sebenarnya kata Rumah Sakit adalah kosakata baru dalam Bahasa Indonesia, walaupun jika kita pisahkan kata penyusunnya yaitu rumah dan sakit adalah berasal dari bahasa asli Melayu kuno. Namun Rumah Sakit adalah kata baru bagi Bahasa Indonesia.

Bagi teman-teman di Malaysia, (karena ternyata pembaca Spirit of Beyond ada juga lho dari Malaysia), kata Rumah Sakit sedikit asing dan aneh, ada rumah kok sakit, yah karena dalam bahasa Malaysia namanya Hospital ( diadopsi dari bahasa Inggris ).

Hospital, adalah kata yang diartikan oleh orang Indonesia menjadi kata Rumah Sakit. Hospital berasal dari bahasa latin yang artinya pemulihan, atau pengampunan dosa, dan perkembangannya menjadi tempat penyembuhan berbagai macam penyakit.

ISLAM PELOPOR RUMAH SAKIT MODERN
Jaman awal peradaban Islam yaitu zaman Rasulullah Saw, pengobatan Islam baru sebatas Bekam atau hijamah. Bekam saat itu bukan diciptakan oleh Rasulullah Saw sendiri, tetapi sudah ada sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, hanya saja Rasulullah Saw mencontohkan Bekam sebagai salah satu bentuk pengobatan, dan umat Islam mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasul Saw sebagai bentuk ketaatan kepada Beliau Saw.



Beberapa obat-obatan herbal juga dibuat pada jaman Rasulullah Saw, beberapa tanaman seperti habattusauda atau jintan hitam menjadi salah satu obat andalan umat Islam saat itu, bahkan Rasulullah Saw bersabda, ”Dalam Habbattusaudah ada obat untuk segala penyakit kecuali mati”. HR. Ahmad.

Selain jintan hitam, ada juga madu yang berasal dari lebah, bahkan Islam sendiri mengistimewakan lebah dalam surat Al Quran yaitu An Naml. Dan saat ini ternyata khasiat lebah madu benar-benar terbukti, yaitu selain madunya yang bergizi tinggi, juga ada Royal Jelly, dan Propolis yang sangat berkhasiat bagi kesehatan.

Perkembangan Pengobatan Islam



Pengobatan di dunia Islam terus berkembang seiring ditemukannya sains dan teknologi oleh ahli-ahli dan ilmuwan muslim. Pengobatan yang tadinya hanya sederhana yaitu sebatas Bekam atau Hijamah, kemudian berkembang menjadi pengobatan modern yang saat itu benar-benar melangkahi jaman yang ada. Beberapa ahli kedokteran seperti Ibnu Sina yang memberi sumbangan berharga berupa ilmu-ilmu praktis kedokteran modern dan profesional kepada peradaban manusia di dunia.

Tercatat puluhan Rumah Sakit modern berdiri di kota-kota megapolitan Islam seperti Baghdad dan Cordoba, dokter-dokter professional dan pelayanan maksimal ( ala VVIP ) serta Gratisss menjadi ciri khas Rumah Sakit di Negara Khilafah Islam saat itu.
Model pengobatan modern inilah yang sekarang ditiru oleh seluruh dunia, jadi Islamlah yang mengajarkan metode pengobatan modern kepada dunia.

Bandingkan Dengan Pengobatan Ala Eropa Pada Jaman Kegelapan
Saat kejayaan Islam mencapai puncaknya, Eropa masih bergeliat pada jaman kegelapan, primitif dan tidak beradab. Masyarakat Eropa masih tercuci otaknya oleh doktrin-doktrin dan takhayul ala Gereja dan Pendeta.

Saat kota-kota Islam seperti Cordoba di Andalusia dan Baghdad di Timur Tengah dihiasi kejayaan dan kemakmuran, kota-kota di Eropa hanyalah kota-kota miskin, kumuh dan jauh dari kata bersih. Jangan bayangkan Paris di Perancis di abad 21 sekarang ini, tapi coba tengok seribu tahun yang lalu, jalan-jalan di kota Paris gelap gulita di malam hari, berlumpur dan kumuh.

Tak kalah menyedihkannya adalah dalam hal pengobatannya, selain terlalu primitif, juga aneh dan sangat sadis serta mengerikan.

Misalnya seperti yang ditulis Prof. Dr, Ing. Fahmi Amhar ( dari Bakorsurtanal ) dalam Tabloid Media Umat pada rubrik mercusuar. Saat tentara Salib yang didominasi oleh bangsa Franken ( Perancis ) menguasai Syam ( Palestina dan Libanon ), banyak dari tentara salib yang menjadi sakit-sakitan akibat sanitasi yang buruk. Saat itu ada dokter Muslim yang bertugas di Libanon yang bernama Tsabit, yang menceritakan pengalaman pribadinya.



Suatu hari Dokter Tsabit didatangi dua pasien bule, yaitu seorang Prajurit Salib yang kakinya bengkak akibat luka yang bernanah, dan seorang wanita bule yang sakit demam. Dokter Tsabit memberikan perban yang diisi ramuan herbal penyembuh infeksi luka dan membalutkan ke kaki Prajurit Salib yang sakit itu, dan berangsur-angsur si Prajurit Salib mulai merasakan kesembuhan di kakinya. Kemudian dokter Tsabit memberikan kepada wanita yang demam itu beberapa ramuan herbal dan menyuruhnya untuk berdiet terhadap makanan tertentu ( nah bayangin jaman dulu umat Islam dah ngenal diet ). Sesaat kemudian demam wanita itu mulai mereda, suhu tubuhnya berangsur-angsur normal.

Tiba-tiba datang seorang dokter berkebangsaan Perancis, dokter Perancis itu berkata dengan sombongnya “orang Arab ini tidak tahu apa-apa tentang pengobatan “. Kemudian sang Dokter Perancis dengan gaya sok profesional menghampiri si Parjurit Salib dan berkata “Lebih baik mana hidup dengan satu kaki atau mati dengan dua kaki??”, tentu saja si Prajurit menjawab lebih baik hidup dengan satu kaki. Lalu sang dokter bule itu memanggil seorang prajurit salib lain yang membawa kapak, lalu menyuruh prajurit itu memotong kaki temannya yang sakit, dengan sekali tebas kaki temannya pun putus, lalu darah mengalir dengan derasnya, setelah beberapa saat Prajurit malang itu pun tewas kehabisan darah, dan sang dokter Perancis cuma bilang “yah itu sudah takdir”.





Kemudian dokter Perancis itu mendatangi perempuan bule yang sakit demam, dia berkata  dengan sok tahu “perempuan ini kerasukan Jin yang jatuh cinta kepadanya”. Lalu sang dokter Perancis dengan gaya sok profesional mencukur habis seluruh rambutnya, dan menyuruh si wanita itu memakan makanan yang tadinya dilarang oleh Dokter Tsabit. Akibatnya demamnya kembali kambuh, panas tubuhnya kembali meninggi, lalu dokter Perancis itu berkata dengan sok tahunya kembali “Jin dalam tubuh perempuan ini sudah beralih ke kepala”. Kemudian sang dokter Perancis menyayat kulit ubun-ubun kepala wanita itu dengan pisau sampai tulang tengkoraknya kelihatan, lalu membubuhkan garam pada luka sayatan, tak terbayang betapa sakit dan menderitanya perempuan itu, dan beberapa saat kemudian perempuan itu pun tewas, dan dokter Perancis Cuma berkata, “itu sudah takdir “. Dokter Tsabit hanya bingung dan ngeri melihat kedua peristiwa itu.

Bayangkan betapa primitif dan katronya pengobatan ala Eropa saat itu. Sehingga banyak bangsawan Eropa yang lebih suka berobat ke Negara Khilafah Islam daripada di negerinya sendiri, karena cara pengobatannya yang aneh dan justru mematikan.

Doktrin Gereja, Obat-Obatan Adalah Tipu Daya Setan





Beberapa gereja Eropa yang merasa tersaingi oleh kemajuan pengobatan di dunia Islam, mengatakan bahwa obat-obatan adalah tipu daya iblis dan setan, hal ini diungkapkan oleh seorang biarawan bernama Tatian kepada jemaatnya, agar mereka tidak percaya kepada obat-obatan herbal maupun kimia yang berkembang pesat di dunia Islam saat itu.

Tentu saja doktrin konyol gereja itu membuat kita tertawa, karena menurut ajaran Islam, Allah yang menurunkan penyakit dan Allah pula yang menurunkan obatnya, sehingga ketika seorang muslim sakit maka dia wajib untuk berobat secara benar dan bertawakal kepada Allah agar diberi kesembuhan.

HANYA SYARIAT ISLAM YANG MAMPU MENYEHATKAN MASYARAKAT





Ajaran Islam tak hanya menyehatkan akhlak, moral dan hati penganutnya, namun juga menyehatkan umat Islam secara fisik. Hal ini jelas dicontohkan oleh Rasulullah Saw ketika menggunakan bekam sebagai pengobatan, menggunakan habbatussauda sebagai ramuan obat herbal.

Pengobatan Islam, Gratis dan Maksimal
Kesehatan memang mahal harganya, karena siapa sih yang pingin sakit, apalagi ketika kesehatan dipegang oleh kaum Kapitalis, semakin mahal dan menjadi sangat mahal. Orang kismin gak boleh sakit, kalaupun sakit yah sakit panu aja biar murah obatnya.

Namun dengan aturan yang ada di Syariat Islam, maka biaya pengobatan bagi rakyat adalah gratis, tanpa memandang status kaya atau miskin, tanpa memandang suku, bangsa dan agama.

Secara Syariat, orang kaya pun berhak atas pengobatan Gratis, karena orang kaya kan sudah bayar Zakat, begitu juga non muslim juga berhak atas pengobatan gratis, karena mereka telah membayar Jizyah ( pajak kesetiaan kepada Negara Islam ).

Syariat Islam akan mengolah sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah, dan menggunakannya untuk kepentingan seluruh rakyat, serta merebut sumber-sumber daya alam dari penguasaan asing yang tidak berhak, seperti Freeport, Exxon Mobile, Shell dan sebagainya.


Kita dikaruniai Allah Swt, alam yang kaya raya, namun kita tidak bersyukur dengan melaksanakan Syariat-Nya secara kaffah, justru menganggap Syariat Islam sebagai sumber Terorisme, maka kesengsaraan dan bencana yang kita alami selama ini

Dari hasil pengolahan kekayaan alam Indonesia tentu saja bisa membiayai seluruh biaya anggaran kesehatan, pendidikan bahkan memberikan kemakmuran merata kepada rakyat. Sehingga rakyat tidak perlu pusing-pusing memiikirkan biaya kesehatan dan pendidikan.

Tinta Emas Sejarah Mencatat Kesuksesan Negara Khilafah Islam Dalam Dunia Pengobatan





Dalam tabloid Media Umat disebutkan bahwa pada jaman Khalifah Harun Ar Rasyid sekitar tahun 900 san, ada seorang perantau ( pengelana ) dari Eropa yang berkelana di dunia Islam mengalami kecelakaan, yaitu jatuh dari kudanya. Kemudian dia dirawat di sebuah Rumah Sakit di kota Baghdad, dan dia membuat surat kepada ayahnya di Eropa, begini isi suratnya

“Ayahku, kau bertanya apakah kau harus membawa uang untukku. Bila aku sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit ini, maka pihak rumah sakit akan memberiku lima potong emas batangan, beberapa baju baru, sehingga aku tidak langsung bekerja dan bisa istirahat di kontrakanku. ( bayangin coy, masuk rumah sakit gak bayar, malah dibayar ). Ayah tak perlu menjual ternak kepada tetangga. Tapi hendaknya ayah segera datang menjengukku di rumah sakit ini, aku terbaring di ruang ortopedi ( ruang pengobatan patah tulang ), beberapa tulangku patah akibat jatuh. Bila ayah datang dari pintu utama, berjalanlah lurus lewat aula bagian selatan, di situ ada poliklinik tempat aku pertama diperiksa ketika kecelakaan, di situ setiap pasien akan diperiksa oleh dokter dan mahasiswa kedokteran yang berpraktek, jika seorang pasien dianggap tidak perlu dirawat inap, maka ia dipersilahkan pulang dan diberi resep untuk ditukarkan di apotik dengan gratis.

Setelah diperiksa di Poliklinik aku lalu didaftar, lalu diantar menemui dokter kepala Rumah Sakit. Seorang perawat laki-laki memapahku masuk ke bangsal Pria, dia memandikanku, dan mengenakan baju yang bersih untukku. Di sebelah kiri ayah bisa melihat sebuah perpustakaan, dan ruang kuliah besar tempat mahasiswa kedokteran biasa diberi kuliah oleh dosen yang juga dokter. Ayah harus mengambil jalan sebelah kanan, karena sebelah kiri menuju bangsal wanita, terus melewati bagian internis ( penyakit dalam ), dan ruang operasi. Bila kebetulan ada suara alunan musik dari sebuah ruangan, coba tengok mungkin aku sudah ada di situ, itu adalah tempat bagi pasien yang sudah mulai sembuh, di situ kita bisa baca-baca buku dan majalah sambil dihibur alunan musik.
Pagi tadi Dokter menemuiku, katanya lusa aku sudah bisa meninggalkan rumah sakit ini, karena sudah sembuh, sebuah hal yang sebenarnya tidak aku inginkan. Karena aku ingin tinggal di tempat ini lebih lama lagi, di sini segalanya bersih dan higienis, tempat tidurnya empuk, spreinya serta selimutnya lembut. Setiap kamar ada kran air yang akan memancarkan air hangat jika malam dingin tiba, hampir setiap hari masakan daging ayam dan kambing yang dipanggang disuguhkan untuk setiap pasien, masakan itu benar-benar enak dan lezat. Pasien di sebelahku malah sudah seminggu ini pura-pura masih sakit hanya karena masih betah dan ingin makan makanan enak secara gratis. Tapi kemudian dokter mengetahui hal itu dan menyuruhnya untuk segera pulang, tetapi untuk memastikan bahwa dirinya sudah sembuh maka dia masih diperbolehkan menyantap roti keju dan ayam panggang sekali lagi. Nah ayah, segera datanglah, sebelum roti keju dan ayam panggang terakhir disajikan untukku”.

KESIMPULAN





Surat di atas ditulis oleh seorang perantauan dari Eropa, yang notabene bukan seorang Muslim, dan juga bukan Warga Negara Khilafah Islam, tetapi dia tetap mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal pengobatan.

Gambaran nyata dari surat di atas tak perlu diragukan, itu adalah bentuk Kesuksesan Pengobatan pada jaman kejayaan Islam, sebuah metode pengobatan yang sebenarnya. Seluruh pasien digratiskan segala macam biaya administrasi, pengobatan, operasi dan tetek bengek biaya rumah sakit lainnya, malah keluar rumah sakit dikasih emas ( duit ). Sehingga pasien tak perlu stress memikirkan biaya rumah sakit dan konsentrasi pada penyembuhan dirinya.

Gambaran seperti itu tentu saja sangat mungkin diterapkan di Indonesia, dengan sumber daya alam yang begitu kaya dan melimpah maka pengobatan gratis bagi seluruh rakyat bukan khayalan lagi.

Namun jika Syariat Islam diterapkan secara kaffah di Indonesia, tanpa Syariat Islam, maka mustahil hal itu dapat terwujud. Maka Syariat Islam justru sebagai penyelamat Negeri ini dari kesengsaraan dan jurang kehancuran, bukan ancaman. Justru Kapitalisme dan Neoliberalismelah ancaman nyata bagi Indonesia, sehingga perlu kita berangus sampai habis.




0 komentar:

DALAM NEGERI

DALAM NEGERI
PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO

Dalam Negeri

Dalam Negeri
93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

Internasional

Internasional
Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

PASAR ANDROID

PASAR ANDROID, DOWNLOAD BANYAK APLIKASI ANDROID BERBAYAR ( PREMIUM ) DENGAN GRATIS

Tentang Kami

Sahabat

Penggemar