Kamis, 03 November 2011
MENJADI GENERASI MODERAT
Kemarin penulis melihat beberapa buku oleh orang yang tidak dikenal ditinggalkan begitu saja di sebuah teras sebuah masjid, keseluruhan buku itu berjudulnya Jihad Akbar di Jaman Modern, bukunya isinya warna-warni, ada kartunnya dan kelihatan mahal, kelihatan bahwa buku itu ditujukan untuk para remaja. Namun ketika dilihat ternyata makna Jihad yang ada pada judul diselewengkan dari makna aslinya, atau jauh panggang dari kompor.
Jihad akbar diartikan sebagai jihad melawan hawa nafsu, yang oleh banyak ulama tidak pernah diakui adanya Jihad melawan hawa nafsu, karena hadistnya saja palsu, dan buku-buku itu juga menggiring para pembaca ke arah pemahaman bahwa Syariat Islam itu adalah teroris, radikal, konsevatif, militan, dan anti dialog dan yang jelas adalah sebuah monster yang harus ditakuti dan dilawan, karena mengancam.
Kartun-kartun di sana menggambarkan betapa indahnya remaja moderat, dan betapa jahatnya remaja radikal. Kemudian digambarkan pula bahwa remaja moderat adalah remaja yang mengadopsi pemikiran Sekulerisme, tanpa meninggalkan baju keislamannya.
Penulis yakin bahwa buku-buku itu adalah bagian dari program deradikalisasi untuk menjegal kebangkitan kembali Islam. Buku-buku itu jelas sekali dicetak oleh orang-orang yang memang dibiayai oleh Kapitalis untuk maracuni generasi muda Islam, agar kebangkitan Islam terhambat bahkan gagal, sehingga eksistensi penjajahan Kapitalis di negeri-negeri muslim tak terganggu.
MODERAT
Moderat adalah suatu istilah yang digambarkan begitu lebaynya yaitu sebuah perbuatan yang sangat indah, sangat menawan, sangat bagus dan sebagainya. Namun seperti penulis tulis pada posting sebelumnya, bahwa pengertian moderat adalah jalan tengah, tidak ekstrim ke kanan, dan ke kiri, artinya ya di tengah-tengah saja. Pengertian moderat juga berbeda dengan moderator, karena moderator artinya penengah diskusi.
Moderat berarti tidak mau mengambil resiko atau takut terhadap resiko, sehingga orang moderat selalu mengambil resiko yang paling kecil, yang artinya tak akan pernah meraih kesuksesan.
Dalam dunia bisnis dan usaha, jalan moderat tak akan laku, karena seperti yang kita ketahui dalam berbagai training bisnis dan wirausaha, trainer selalu mengatakan “untuk meraih sukses, ambillah resiko yang tertinggi”. Biasanya sang trainer yang juga merupakan seorang pengusaha sukses, akan menceritakan perjuangan kerasnya untuk meraih kesuksesan. Sehingga jika kita lihat bahwa sang pengusaha sukses ini, tak pernah meraih kesuksesan dengan cara-cara yang moderat.
Moderat dan Modern
Moderat definisinya hampir mirip dengan modern, namun berbeda pada pengertian luasnya. Modern bisa diartikan sebuah era yang serba canggih dan praktis, sedangkan moderat bisa diartikan segalanya ingin praktis, ingin mudah, tak mau susah sedikit saja, atau tak perlu susah payah untuk ekstrim ke kanan atau ke kiri, lewat jalan tengah saja.
Tentu tidak semua hal bisa dijadikan praktis dan mudah, mungkin dalam hal-hal tertentu seperti dalam transportasi, informasi dan sebagainya bisa dipraktiskan dengan teknologi, namun dalam hal-hal lain tak bisa. Misalnya dalam ulangan di sekolah, maka solusi praktis seperti nyontek, ya gak boleh, dalam hal meraih kesuksesan, ya gak ada yang pakai cara praktis seperti pergi ke dukun, yang ujung-ujungnya malah kena tipu, dan terkena dosa Syirik.
Jadi moderat dan modern mempunyai arti yang berbeda.
Moderat dan Gaya Hidup
Salah satu sifat moderat adalah keterbukaan yang terlalu berlebihan terhadap hal-hal asing, karena sifatnya yang merupakan jalan tengah. Akibatnya adalah segala macam budaya asing yang sesat, mewabah dan merusak generasi muda yang moderat. Hedonisme, hura-hura, seks bebas, aborsi, narkoba, tawuran, dan segala macam kebobrokan moral dan akhlak generasi muda, merupakan prestasi tersendiri dari generasi muda yang moderat.
Moderat dan Perubahan Masyarakat
Sikap jalan tengah tak akan pernah membawa perubahan, karena sifatnya yang tidak mau mengambil resiko atas perubahan itu. Moderat adalah sikap malas.
Di kampus pun mahasiswa moderat semakin merajai kampus, intelektualitas kemahasiswaan semakin tergerus oleh mereka, mereka kuliah hanya sekedar kuliah, atau bahkan hanya main saja, dan yang parahnya adalah mereka sekarang lebih suka nongkrong, mejeng dan berkeliaran di mal, diskotik, kafe-kafe. Idealisme mahasiswa sebagai agen perubahan sudah dikikis habis. Padahal tumbangnya rezim diktator represif Orde Baru tahun 1998, tak dicapai dengan sikap moderat mahasiswa.
Kebangkitan Islam di Timur Tengah yang dibawa Rasulullah Saw, tak pernah dicapai dengan sikap moderat Rasulullah Saw. Berbagai macam hinaan, fitnah, penganiayaan dialami Rasulullah dan para sahabat, namun pada akhirnya Rasulullah berhasil merubah secara masyarakat jahiliyyah Arab menjadi masyarakat Islam yang mampu memimpin dunia, dan menyebarkan dakwahnya ke seluruh dunia.
Kebangkitan Eropa, Jepang dan lainnya tak pernah dicapai dengan sikap moderat, tetapi masyarakat Eropa yang selama berabad-abad dikungkung dengan doktrin gereja yang anti perubahan, diubah menjadi masyarakat sekuler, dan kebangkitan Eropa pun diraih, dan mampu menjajah negeri-negeri lainnya. Jepang bangkit juga bukan dengan sikap moderat, masyarakat Sintoisme dan tertutup Jepang, diubah oleh Kaisar Meiji dengan Restorasi Meiji, menjadi masyarakat sekuler, dan akhirnya Jepang bangkit dengan berbagai kemajuan teknologinya.
Rusia bangkit dengan merubah masyarakat gerejawi menjadi masyarakat atheis, sehingga negara terluas wilayahnya itu mampu menjadikan manusia pertama kali terbang ke luar angkasa.
Moderat Adalah Radikalisme
Radikal berarti mengakar, jadi kalau kita logika, moderat pun bisa jadi radikal , karena jika sikap moderat sudah mengakar maka akan berubah menjadi radikalisme. Mungkin suatu saat ada yang ngebom pasar dan mengatasnamakan “kami adalah teroris moderat, kami akan terus berjihad untuk menjadikan masyarakat menjadi moderat”, kemudian ada yang mewacanakan demoderatisasi. Wah bingung kan??...
MODERAT VS PERUBAHAN
Sebagai kaum muslimin seharusnya kita tidak terjebak pada istilah Radikalisme, atau Radikal versus Moderat. Istilah ini jelas-jelas dikembangkan oleh barat yang ternyata malah sangat Radikal untuk mengkebiri umat Islam, sehingga kebangkitan Islam bisa mereka halangi atau mereka rusak.
Lawan kata yang tepat untuk Moderat adalah Perubahan, karena kalau kita lihat pembahasan di atas, sikap moderat justru mengakibatkan terhambatnya perubahan. Sikap yang serba ingin mudah, serba ingin enak, serba ingin praktis, menyebabkan kemalasan terhadap komponen masyarakat, sehingga perubahan ke arah lebih baik tidak pernah terjadi.
Tak ada istilahnya Islam Moderat, tak ada dalam dalil baik Al Quran, Hadis, Qiyas, Ijma, Ijtihad, maupun pendapat ulama-ulama besar. Istilah Islam Moderat berasal dari barat, dan kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga asuhannya seperti BNPT, yang ketuanya cukup moderat yaitu Asyad Mbai, dan mengkampanyekan Deradikalisasi umat Islam, hmm.... siapa sih yang radikal sebenarnya.
Islam datang sesungguhnya untuk merubah masyarakat ke arah yang lebih baik, lebih mulia dan lebih berperadaban, bukan merubah masyarakat menjadi moderat, atau masyarakat yang setengah-setengah. Kebangkitan Islam di masa lalu adalah hasil dari akidah Islam dan pemikiran kaum muslimin yang mendalam tentang agamanya, dan digunakan untuk memajukan, mengembangkan peradaban serta berbagai macam inovasi-inovasi teknologi yang belum pernah dibuat oleh peradaban sebelumnya.
Peradaban Islam adalah peradaban terbesar yang tak pernah tertandingi oleh peradaban sebelum atau sesudahnya, karena tak hanya memberi kemajuan secara fisik, tapi juga kemajuan moral, akhlak dan pemikiran, dan peradaban itu akan kembali lagi yaitu dengan Khilafah Islam, karena sidah dijanjikan oleh Allah Swt.
Label:
Sebuah Renungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Subhanallah. Terimakasih bro! tulisan ini sangat bermanfaat.
banyak orang yang mereka memilih menjadi "moderat" -termasuk teman2 saya- hanya karena mereka menginginkan Islam yang "mengikuti zaman". Mereka memilih hal tersebut tanpa mengetahui bahaya laten dari pilihan mereka..
bagaimanapun, mari kita terus menyerukan kebenaran, meski itu akan merenggut nyawa kita.
wassalam
Jazzakallah.
Posting Komentar