Rabu, 23 Februari 2011
ANTARA BRUNEI DAN INDONESIA
Mungkin kawan-kawan sudah tahu Brunei ada di mana?, ya negara ini bernama asli Brunei Darussalam, yang diambil kata Borneo ( Kalimantan ) dan Darussalam ( Negeri yang damai ), jadi bisa diartikan secara kasar, Brunei Darussalam adalah Negeri Kalimantan yang damai. Sedangkan Indonesia itu berasal dari kata Hindia ( Indo ) dan Nation ( Nesia / Negara ), atau artinya Negara Hindia, karena jaman dahulu wilayah Nusantara dikenal dengan nama Hindia, karena mayoritas beragama Hindu.
Brunei terletak di ujung utara Pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan wilayah Sabah Malaysia. Wilayah Negara Brunei sangat sempit dan terdiri dari dua bagian, sebelah barat dan timur yang dipisahkan oleh sebuah teluk yang disebut teluk Brunei.
Penduduk Brunei umumnya adalah etnis rumpun Melayu yang terdiri dari Melayu dan Pendatang ( dari Indonesia dan Malaysia ), dan beberapa etnis keturunan Cina, Arab dan India. Perekonomian Brunei ditopang oleh Minyak Bumi yang sepenuhnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk kepentingan rakyat ( gak kaya di Indonesia pokoknya lah ).
SEBUAH KESULTANAN
Sebelum Brunei dikuasai Inggris sekitar akhir tahun 1890an, Brunei adalah sebuah Kesultanan, kita tahu banyak sekali kesultanan Islam di masa lalu di Nusantara ini, salah satunya adalah Brunei.
Kesultanan sebenarnya adalah sebuah wilayah otonomi sangat luas dari Negara Khilafah Islamiyah, hal ini sesuai dengan riwayat Rasulullah Saw ketika memberikan keistimewaan berupa otonomi sangat luas bagi wilayah Damaskus, dan Mesir. Saat itu Rasul Saw memberikan kewenangan penuh kepada Muawiyah sebagai Gubernur Damaskus dan Amru bin Ash sebagai Gubernur Mesir untuk mengurus dan mengatur wilayahnya dengan mandiri namun masih tetap patuh dan taat pada Negara induknya yaitu Daulah Islam Madinah.
Begitu juga dengan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara, kesultanan-kesultanan ini memang kelihatan seperti sebuah Negara, namun sebenarnya adalah bagian tak terpisahkan dari Negara Khilafah Islamiyah saat itu yaitu Turki Utsmani. Karena jauhnya Ibukota Khilafah yang saat itu di kota Konstantinopel ( Istanbul ) di Eropa, dengan wilayah Nusantara, sehingga tidak mungkin Khalifah mengatur langsung wilayah Nusantara ini. Hal itu terbukti dengan adanya Wali Sanga yang merupakan utusan langsung Khalifah sebagai pendakwah dan sekaligus pengawas para penguasa Kesultanan.
MERDEKA DARI INGGRIS
Kembali ke Brunei, sebelumnya negara ini adalah wilayah jajahan dari Imperium Inggris ( The British Empire ), pada malam tanggal 31 Desember 1983 ( udah lahir belum), ribuan rakyat Brunei berkumpul di sebuah lapangan di dekat istana Sultan Brunei, mereka rela berhujan-hujanan, tapi bukan untuk merayakan tahun baru atau Valentine ( gak mutu ), namun mereka menantikan pengumuman Kemerdekaan dari kekuasaan Inggris yang telah menguasai Brunei selama sekitar 90 tahun.
Tepat pukul 00.00 waktu setempat atau 1 Januari 1984, sebuah pengumuman kemerdekaan dari Sultan Brunei berkumandang, tidak ada kata-kata atau teriakkan“Merdeka “ yang diteriakan rakyat Brunei, namun gema takbir “Allahu Akbar “ yang membahana, bercampur dengan suara hujan yang sejak sore terus turun. Mungkin Brunei adalah salah satu dari sedikit negara yang menyambut kemerdekaan dengan teriakan Allahhu Akbar atau mungkin satu-satunya.
Bandar Sri Begawan Ibukota Brunei Darussalam
Kemudian Sultan Brunei Hasanal Bolkiah berpidato, yang isinya kurang lebih seperti ini bahwa Tanah Brunei adalah tanah milik Allah SWT sepenuhnya, dan kita rakyat Brunei hanya meminjam dan memanfaatkan apa yang dihasilkan oleh tanah ini demi kemakmuran bersama. ( Hidayatullah )
Sultan Brunei
SYARIAT ISLAM MEWARNAI SEBAGIAN SISTEM HUKUM DAN EKONOMI BRUNEI
Walaupun tidak diterapkan secara kaffah, namun syariat Islam diterapkan untuk beberapa sistem hukum, misalnya untuk beberapa sanksi pidana dan hukum perdata. Dalam sistem perekonomian juga beberapa menggunakan sistem Islam, misalnya dalam pengelolaan sumber daya alam yaitu minyak bumi. Namun secara keseluruhan Brunei masih menggunakan hukum warisan Inggris dan ekonomi Kapitalisme.
Memang syariat Islam tidak diterapkan secara kaffah ( menyeluruh ) di Brunei, namun tetap saja masih membawa sedikit berkahnya, terbukti rakyat Brunei hidup makmur, semiskin-miskinnya orang Brunei kalau datang ke Indonesia ya dianggap orang kaya, karena pasti punya mobil.
rakyat Brunei
Jadi walaupun syariat Islam hanya diterapkan sebagian saja, namun tetap saja masih membawakan sedikit berkahnya, jadi logikanya bagaimana jika diterapkan secara kaffah ( menyeluruh ), pasti lebih dari itu.
Hidup Makmur Justru Membuat Tidak Kreatif dan Inovatif
Yah mungkin ini salah satu keburukan karena Syariat Islam hanya diterapkan sebagian saja sehingga tidak mampu mengikat semua sisi kehidupan rakyat Brunei. Hal ini ditandai oleh ketidak kreatifan dan kurang inovatifnya rakyat Brunei.
Rakyat Brunei yang selama ini mengandalkan Minyak Bumi dan hidup makmur sehingga menyebabkan mereka malas berkreasi, dan berinovasi, padahal minyak bumi itu jelas jumlahnya terbatas.
Saat sebuah tayangan komedi di Trans 7 yaitu Opera Van Java menghadirkan penggemarnya dari Brunei, ya itulah salah satu contoh bahwa rakyat Brunei kurang kreatif, dalam hal tayangan hiburan mereka sampai saat ini masih mengandalkan tayangan hiburan dari saudaranya yaitu Malaysia dan Indonesia. Pernah sekitar tahun 1990an, seorang warga negara Brunei berkomentar bahwa orang Indonesia itu bisa terbang, setelah dia melihat tayangan sinetron Wiro Sableng.
Namun selain itu keadaan rakyat Brunei jauh lebih baik daripada rakyat Indonesia, walaupun pemerintah Brunei adalah pemerintahan yang absolut tapi tetap saja mereka berbuat adil dan amanah untuk rakyatnya, karena tetap berambu pada Syariat Islam yang hanya diterapkan sebagian saja.
COBA KITA LIHAT INDONESIA
Berbeda dengan Brunei yang merupakan wilayah jajahan yang disitimewakan Inggris, sehingga rakyat Brunei seakan tidak merasa terjajah. Indonesia yang dijajah selama 350 tahun adalah ladang subur Jihad Fisabilillah bagi para Pejuang, kita tahu bagaimana Imam Bonjol, Diponegoro, Pattimura ( agamanya Islam loh ), Sisingamangaraja, Panglima Polim, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, dan sebagainya, mereka semua adalah para mujahidin yang selalu menjadikan Jihad sebagai jalan hidupnya, dan Mati Syahid sebagai Afterlife mapping plan ( Jalan Kematian ) mereka.
Soedirman, Jihad adalah Jalan Hidupnya, walau sakit ia tetap bertempur
Namun apa yang terjadi ketika BPUPKI merumuskan Piagam Jakarta, yang pada sila pertama berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban Melaksanakan Syariat Islam bagi pemeluknya.
Dalam buku Api Sejarah, disebutkan justru seorang putra Islam mengkhianatinya, yaitu Muhammad Hatta. Dia berbohong dengan mengatakan bahwa pada 17 Agustus 1945 malam ( setelah Proklamasi ), dia didatangi seorang perwira Jepang yang mengatakan, jika 6 huruf pada piagam Jakarta tidak dihapus maka wilayah Indonesia timur akan melepaskan diri. Sehingga akhirnya tanggal 18 Agustus 1945 6 huruf Piagam Jakarta dihapus sehingga hanya berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila.
Padahal menurut buku Api Sejarah dan pendapat beberapa pihak yang tahu sejarah, bahwa malam itu sebenarnya tidak ada perwira Jepang yang datang ke rumah Muh Hatta, jadi mungkin Jin Jepang kali, atau Nihon Jin malah. Dan kalau dilogika, tahu apa sih Jepang tentang masyarakat Indonesia.
Akhirnya beberapa pejuang Islam seperti Wahid Hasyim ( NU ), Ahmad Dahlan ( Muhammadiyah ), dan lainnya merasa sangat kecewa dengan hasil itu. Bagaimana ketika pejuang Islam selalu menjadi garda terdepan bahkan ketika perjuangan setelah kemerdekaan justru dikhianati oleh pendiri negara ini.
Hal ini terulang ketika perebutan Irian Barat tahun 1956, saat itu justru muslim Papua yang berada di bagian barat Papua yang menjadi salah satu garda perebutan Irian Barat dari Belanda, eh malah dikhianati juga, yaitu ketika Pusat Pemerintahan Papua di pusatkan di Jayapura, dan semua Birokrasi Papua dikuasai Kristen. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah Papua diidentikan dengan telanjang, koteka, dan primitif demi kepentingan politik segelintir orang.
UNTUK KITA RENUNGKAN
Lihat Saudara kita Brunei, walaupun Syariat Islam hanya diterapkan sebagian saja tetapi mereka masih meraih sedikit dari keberkahannya, namun kita tetap tidak menghendaki jika Syariat Islam diterapkan sebagian saja, harus kaffah, sehingga dapat semua berkahnya. Pernah tidak kita memikirkan bahwa semua perjuangan menuju kemerdekaan adalah karena peran aktif para Mujahidin Indonesa di masa lalu. Namun jasa mereka dilupakan oleh pemutar balikan sejarah.
Carut marutnya negeri ini adalah bukan karena Korupsi yang merajalela, bukan karena mafia pajak, atau mafia peradilan yang menggerogoti Negeri ini. Tetapi karena tidak diterapkan Syariat Islam sebagai dasar hukum dan dasar Negara ini.
Korupsi, mafia pajak dan peradilan itu hanyalah akibat dari tidak terikatnya pemikiran umat Islam Indonesia pada Syariat Islam yang memang tidak diterapkan. Karena hanya Syariat Islam itulah solusi atas semua problematika umat manusia di dunia, karena Syariat Islam berasal dari Allah Swt dan Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik bagi umat manusia.
Label:
Pemikiran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Kami
Arsip
-
▼
2011
(123)
-
▼
Februari
(13)
- MUAMMAR KHADAFI, CERMINAN PEMIMPIN EDAN, GILA, MER...
- WELCOME TO THE NEW IDIOTISM ERA
- ANTARA BRUNEI DAN INDONESIA
- WAHAI REMAJA MUSLIM, BERISLAMLAH DENGAN BERPIKIR
- NABI-NABI BAJAKAN, ALL SERIES, WITH CRACK
- AHMADIYAH OH AHMADIYAH ( MENGENAL SIAPA SEBENARNYA...
- ( Bagian 2 ) MUHAMMAD SAW, SANG REFORMIS SEJATI DA...
- MUHAMMAD SAW, SANG REFORMIS SEJATI DAN SANG RAHMAT...
- VALENTINE DAY, BUKAN HARI KASIH SAYANG, LIHAT DULU...
- NIGHT VALENTINE, SEBUAH TRAGEDI ( CERPEN )
- PERNIKAHAN ADALAH WUJUD CINTA SEJATI DAN SESUNGGUH...
- WAHAI REMAJA KENDALIKAN SYAHWATMU
- NEGERI FIRAUN YANG SEDANG MEMBARA
-
▼
Februari
(13)
3 komentar:
IJIN NYEBARKAN YAK.
SYUKRON
Silahkan
dua kesultanan melayu besar yang ada di borneo ini, melayu Banjar dan
melayu Brunei,,,. sayang tinggal kesultanan melayu Brunei saja yang
sampai saat ini masih eksis, merdeka, berdaulat, dan berkembang dengan kemajuannya... namun nasib luas teritorinya mengalami nasib yg sama, Banjar hanya menjadi sebesar kalsel sekarang, begitupun Brunei hanya menjadi Brunei Darussalam yg ada sekarang...
Keduanya pun pada mulanya bersyariat islam sebagai sendi2 dalam seluruh aspek kehidupan rakyatnya,, namun sekarang cuma tinggal rakyat Banjar (suku banjar) saja yang tidak bisa melaksanakan syariat islam secara kaffah dalam pemerintahan dan kehidupannya (kecuali bagi individu2 saja), dan ini akibat dari bergabungnya wilayah Banjar kedalam NKRI yg nyata2 menghianati sistem, perilaku, watak, karakter, dan budaya masyarakat Banjar yg 100% muslim (dan suku2 lain) yang nyatanya tidak sama dengan perilaku2 dan watak2 orang2 di pusat/jakarta sana!!!
Posting Komentar