Minggu, 22 Januari 2012
JATIDIRI KITA, ADALAH ISLAM BUKAN YANG LAIN
Mencari jati diri bangsa Indonesia, itulah mungkin kalimat yang sering kita dengar baik di kampus, di sekolah, di pasar, di toilet, saat mimpi maupun terjaga. Namun kenyataanya apakah bangsa ini sudah menemukan jati dirinya.
Lihat saja generasi muda kita, mereka bisa dikatakan jauh dari jati diri kita, kalau kita pakai doktrin Pancasila, mereka jauh dari kata Pancasila. Pacaran, valentine day, tahun baru dan sebagainya, mereka berlomba-lomba merayakannya, seheboh mungkin.
Apa saja yang dipermak dengan warna modernisasi mereka tiru, mereka gila dengan istilah dan labelisasi “gaul, modern, tren, sok ngartis dan sebagainya”. Kalau sekarang ya badut-badut kafir Korea yang sedang ditiru habis-habisan oleh generasi muda kita. Mereka berlomba-lomba tampil kekorea-koreaan, yang rambutnya keriting diribonding, yang lurus pun dipermak agar seperti artis Korea dan sebagainya. Ajang-ajang mencari calon-calon badut digelar dimana-mana, para remajanya pun tergila-gila ingin menjadi badut-badut Korea.
Saatnya Jadi Bintang Kemaksiatan Asia
Seks bebas, narkoba, pergaulan bebas merajalela. Semua atas nama cinta, padahal cinta itu adalah perasaan yang sifatnya lebih kepada nafsu, tentu saja perasaan atau nafsu tidak boleh dijadikan ikatan untuk mengikat manusia dalam persatuan, karena sifatnya yang labil. Cinta hanyalah bumbu kehidupan yang digunakan untuk memperindah kehidupan, cinta teragung adalah cinta kepada Allah Swt dan cinta karena Allah Swt, sedangkan ikatan teragung adalah ikatan akidah Islam, nah dari ikatan inilah kemudian timbul rasa cinta terhadapa sesama muslim sebagai saudara seiman.
JATIDIRI BANGSA TAK LEPAS DARI BUDAYA
Setelah penulis menelusuri berbagai macam buku sejarah, maka penulis menemukan kenyataan bahwa, budaya Indonesia sudah sejak dahulu terbentuk dari Transnasionalisasi Budaya dan Ideologi.
Apa itu budaya transnasional ???... yaitu sebuah gaya hidup atau budaya asing yang masuk dan menguasai, mempengaruhi serta menjadi gaya hidup suatu bangsa. Biasanya transnasionalisasi budaya berasal dari budaya yang mempunyai karakter lebih kuat daripada budaya setempat. Sedangkan bangsa yang terkena transnasionalisasi adalah bangsa muda, yang secara struktur budaya belum mapan, atau belum mempunyai jatidiri yang matang.
Bagaimana Bangsa Nusantara Ini Terbentuk
Menurut beberapa literatur sejarah, sekitar tahun 100 Masehi, kaisar Vespansius dari Romawi memproteksi uang emas ( dinar ) Romawi, karena perang dinginnya dengan Kekaisaran Persia. Hal ini menyebabkan para pedagang dari berbagai Negeri seperti India, Cina dan Timur Tengah, mencari tempat dan peluang bisnis baru.
Mereka kemudian menemukan daerah kepulauan Nusantara, dimana banyak barang-barang hasil bumi dan rempah-rempah yang bisa mereka perdagangkan, sejak saat itulah terjadi Transnasionalisasi budaya di Nusantara ( Indonesia, Malaysia, Brunei, dan lainnya). Sejak saat itu budaya Nusantara berkembang menuju kemapanan dengan perpaduan budaya dari India ( dengan agama Hindu dan Budha ) dan Cina. Namun budaya Indialah yang paling dominan.
Budaya India dan Cina adalah sebuah struktur budaya tua yang jauh lebih dahulu ada dan mapan daripada budaya Nusantara yang saat itu masih berupa suku-suku. Budaya India terbentuk sejak 3500 SM yaitu peradaban Mohenjo Daro, dan Budaya Cina terbentuk sejak 3000 SM yaitu peradaban sungai Kuning dan Yang Tse Kiang. Jauh lebih dahulu daripada budaya kita yaitu sekitar 100-200 M. Karena kita adalah bangsa muda.
Tahun 300 M, seorang pengembara dari Cina yaitu I-Tsing, menuliskan dalam catatan perjalannya bahwa di pesisir pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa, sudah ada Kerajaan. Nah kata “sudah ada kerajaan” itu berarti sebelumnya, atau gampangnya kemarin sore itu belum ada kerajaan, alias tahun 300 M itulah kebudayaan Nusantara baru mulai terbentuk mapan.
Tahun 700 M, Islam mulai masuk dan mengisi struktur kebudayaan Nusantara, dan puncaknya ya Tahun 1500 M yaitu ketika Islam dipeluk oleh hampir seluruh penduduk Nusantara, dan Syariat Islam juga ditegakkan. Lalu sekarang datang budaya modernisasi ala barat yang justru merusak karakter bangsa Indonesia yang ketimuran.
Jadi kesimpulannya, alergi dengan Syariat Islam yang katanya Transnasional adalah hal yang sangat lucu dan kekanak-kanakan. Transnasionalisasi budaya adalah sesuatu yang pasti dan logis, kalau gak mau terkena Transnasionalisasi ya sana pergi ke hutan jadi Tarsan.
JATIDIRI ISLAM ADALAH JATIDIRI KITA
Tak usah alergi, tak usah minder mengatakan bahwa bangsa ini sudah tidak punya karakter, atau berkarakter kebarat-baratan. Remajanya pun terpengaruh, gaya hidupnya, Ideologi Kapitalis serta Sekulerisme telah menjadi pandangan hidup kita. Bagaimana dengan Pancasila???... Pancasila hanyalah sebuah nilai filosofis tanpa adanya aturan dan spesifikasi yang bisa dijadikan jati diri. Itulah kenapa kita dengan mudahnya dirusak oleh sekulerisme.
Sesungguhnya Islam telah kita anut sejak dahulu kala, kita tak bisa memungkiri, Ideologi dan budaya Islam adalah budaya terkuat yang mampu menerbitkan sebuah kebangkitan agung kepada setiap bangsa penganutnya. Islam telah membangkitkan dua pertiga dunia, membawanya ke dalam kebangkitan yang belum pernah tercapai oleh peradaban manapun.
Negeri ini terpuruk, kemiskinan merajalela, kekayaan alam kita dirampok oleh asing tanpa kita sadari. Untuk itulah negeri ini butuh solusi, umat Islam butuh kebangkitan yang hakiki. Kebangkitan itu akan tercapai dengan menegakkan jati diri asli semua manusia yaitu Islam dan Syariatnya, yang bersumber dari Tauhid kepada Allah Swt, bukankah manusia keturunan Nabi Adam, dan Nabi Adam juga mendakwahkan agama Tauhid kepada keturunannya. Jadi Islam adalah Jati diri kita semua, bukan yang lain.
Label:
Pemikiran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar