Jumat, 23 Desember 2011

KONFLIK MESUJI, WAJAH ASLI KAPITALISME


Berita-berita heboh melanda negeri ini, dari dulu selalu ada, Century, Gayus Tambunan, Nazaruddin, artis berzina, remaja berzina, anak ingusan berzina, anak ingusan membunuh dan sebagainya, seolah sudah menjadi hal biasa di pemberitaan di negeri ini. Setiap hari ditemukan mayat di Jakarta, entah yang mengapung di sungai, yang terpotong-potong di tempat sampah, dimasukkan koper atau kardus, seorang gadis diperkosa lalu dibunuh dan mayatnya dibakar lalu dibuang di tempat sampah dan diacak-acak ayam mencari makan, dan lainnya. Perasaan kita seolah sudah kebal dengan berita macam itu, mungkin kita dalam sesaat akan mengatakan “ihh ngeri, kasihan banget, innalillahi “, namun setelah itu kita pun lupa dan tak memikirkan berita itu lagi.

Berita yang cukup menghebohkan baru-baru ini adalah pembantaian sadis di Mesuji, Lampung. Dimana terjadi konflik antara perusahaan perkebunan swasta kelapa sawit dengan warga terkait masalah tanah. Pembantaian ini jauh lebih sadis, jahat dan tak berperikemanusiaan daripada sekadar berita teroris yang melakukan bom bunuh diri dengan petasan yang diberitakan sebegitu lebaynya oleh berbagai media massa. Bahkan sempat beredar video pemenggalan kepala, gudang-gudang tempat menyimpan mayat hasil bantaian dan sebagainya di situs Youtube.

AWAL MUASAL KONFLIK MESUJI


Sekitar Maret 1993, warga Mesuji ( desa Sungai Sodong, Sritanjung, Nipahkuning, dan Kagungan ) mengumpulkan sertifikat tanah ke sebuah perusahaan perkebunan milik swasta. Mereka dijanjikan menjadi petani plasma kelapa sawit ( perawat kelapa sawit dengan model kemitraan ), namun akhirnya perusahaan itu justru ingkar janji dan mengklaim tanah itu milik mereka. Bertahun-tahun warga desa tersebut hidup dalam suasana teror, demikian apa yang dikatakan oleh pak Muslim, salah satu warga yang anaknya ikut tewas menjadi korban pembantaian.

Padahal warga ketiga desa itu sudah bertahun-tahun dan turun temurun menempati tanah itu, namun mereka akhirnya terjerat kemiskinan yang disebabkan hilangnya kebun dan sawah mereka.

PT Sumber Wangi Alam ( SWA ), yang merupakan perusahaan raksasa kelapa sawit diduga sebagai pihak yang paling bertanggung jawab, karena perusahaan inilah yang menyewa pamswakarsa ( aparat keamanan ). Awalnya dua pemuda warga desa itu yang sudah tidak tahan, kemudian nekad memetik beberapa kelapa sawit dan ketahuan oleh pihak Pamswakarsa, yang kemudian membunuh dan menyembelih mereka. Warga pun marah, mengamuk dan mengobrak-abrik PT SWA,  membunuh lima karyawan perusahaan itu, serta memenggal dua kepala anggota Pamswakarsa. ( metronews, suara merdeka)

KAPITALISME = IDEOLOGI KESERAKAHAN


Kapitalisme telah berhasil membangkitkan manusia-manusia barat menuju kehidupan modern, namun disamping itu sistem ini juga berhasil membangkitkan keserakahan manusia dalam tingkatan yang maksimal.

Kita tahu, sejak sistem ini lahir pada jaman Renaisans, sistem ini mengilhami neokolonialisme, yang akhirnya selama berabad-abad kemudian menjajah dunia timur, khususnya Islam. Kaum kapitalis merampok dan membawa kekayaan alam milik rakyat, sedangkan untuk rakyat tak ada bagian sepeser pun dari kekayaan alam itu. Rakyat terpaksa membeli milik mereka sendiri dengan harga mahal, selain itu rakyat juga masih dibebani pajak yang mencekik leher oleh Pemerintah yang memerintah dengan sistem Kapitalisme.

Wajah manis Kapitalis selalu dikampanyekan dengan slogan-slogannya seperti demokrasi, selain itu juga dengan politik pencitraan seperti iklan Chevron, Exxon Mobile dan lainnya di televisi yang penuh kebohongan kepada rakyat. Dari dulu penjajah ya tetap penjajah semanis apapun iklannya.

Perusahaan Kapitalis Menyengsarakan Rakyat

salah satu perusahaan Kapitalis dunia

Begitu juga dengan perusahaan perkebunan yang jelas-jelas merampok tanah warga, mengeksploitasinya, tanpa memberikan imbalan kepada warga pemilik sah kebun itu. Perusahaan itu adalah Kapitalis lokal, yang menjadi penjajah lokal bagi bangsanya sendiri. Mereka tega menteror, menakut-nakuti warga desa agar warga tidak melawan dan menuntut pengembalian tanah mereka. Perusahaan ini tak mau mengeluarkan modal lebih untuk sekedar menggaji petani dengan sistem kemitraan, mereka ingin melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya.

Akibatnya rakyat kecillah yang menjadi korban, mereka akhirnya hanya menjadi penonton saja, tanpa mampu berbuat apa-apa, karena mereka sebenarnya tak berani, apalagi perusahaan menyewa aparat sebagai pengaman mereka. Rakyat yang seharusnya menikmati hasil dari tanah mereka, akhirnya harus hidup sengsara.

Konflik Mesuji, mahasiswa bakar diri, teror bom dan sebagainya mungkin adalah puncak kemarahan rakyat kecil, bentuk kekecewaan rakyat, terhadap dominasi Kapitalisme yang telah merebut milik mereka, menteror mereka selama bertahun-tahun, dan konflik-konflik lain pun tentu saja akan terus melanda jika kezaliman dan ketidakadilan Kapitalisme terus dipertahankan. Konflik itu bisa membesar dan meluluh lantakan negara, memakan banyak korban jiwa dan harta benda.

SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB


Jelas yang paling bertanggung jawab adalah perusahaan tersebut dalam hal ini PT SWA, kemudian oknum-oknum aparat keamanan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam konflik itu.

PT SWA harus mengembalikan lahan warga seutuhnya, selain itu juga ganti rugi terhadap warga karena sekian tahun mereka tak mampu mencari nafkah dari kebun itu, serta memberi santunan kepada korban konflik terutama yang meninggal dunia. Pihak-pihak perusahaan yang bertanggung jawab langsung maupun tidak langsung harus diadili. Dan perusahaan harus dipailitkan ( dinyatakan bangkrut ) dan aset-aset perusahaan digunakan untuk mengganti rugi warga.

Pemerintah seharusnya mampu menghindari konflik dengan adil, pemerintah juga harus menjamin tersedianya lapangan kerja, menghindari penyerobotan tanah oleh pihak-pihak Kapitalis, karena pemerintah dibayar oleh rakyat lewat pajak, yang seharusnya melayani masyarakat bukan pihak Kapitalis.

SOLUSI TOTAL, TEGAKKAN SYARIAT ISLAM

Islam pilihan terbaik dalam hidup

Sangat jelas bahwa kezaliman dan ketidakadillan disebabkan oleh sistem penjajah kapitalisme yang menyengsarakan rakyat. Sehingga solusinya bukanlah Deradikalisme Islam, tetapi adalah membuang sistem Kapitalisme itu sendiri, karena tak ada gunanya deradikalisasi, memangnya dengan deradikalisasi rakyat kenyang, dan teroris gak ngebom lagi apa?, karena masalah utamanya yah bercokolnya Kapitalisme yang serakah.

Syariat Islam akan mengatur sistem agraria secara adil, sehingga rakyat mampu memiliki tanah yang bisa mereka olah, serta mampu menghidupkan tanah-tanah mati yang belum terolah dan digunakan untuk kepentingan rakyat. Aturan Islam akan mengolah sumber daya alam, mengambil alih secara PAKSA dari tangan Kapitalis, mengusir para Kapitalis dengan pengusiran paling menghinakan, sehingga mereka akan merasakan akibat dari keserakahan mereka. Dan hanya Syariat dan Khilafahlah kita akan berhijrah, dan bersistem, karena hanya sistem ini yang menghasilkan keadilan untuk semua.




0 komentar:

DALAM NEGERI

DALAM NEGERI
PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO

Dalam Negeri

Dalam Negeri
93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

Internasional

Internasional
Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

PASAR ANDROID

PASAR ANDROID, DOWNLOAD BANYAK APLIKASI ANDROID BERBAYAR ( PREMIUM ) DENGAN GRATIS

Tentang Kami

Sahabat

Penggemar