Rabu, 29 September 2010
SEBUAH CERITA TENTANG CINTA
( maaf mungkin ada beberapa kata yang berbunyi "hubungan suami istri", tapi bukan bermaksud mengedarkan sesuatu yang dilarang, tapi itu adalah bagian kisah teladan )
CINTA, atau Love (Inggris), mahabbah ( Arab ) , Ai ( Jepang ), Sophia ( Latin ), Tresna ( Jawa ), dan bahasa lainnya, mempunyai definisi yang universal ( sangat luas ).
*Beberapa orang sufi seperti Syeikh Jalalludin Rumi mendefinisikan cinta sebagai kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah, itulah cinta!
Itulah definisi cinta kata para pujangga cinta jaman dahulu, namun apa kata “pujangga cinta” jaman sekarang ?
CINTA ADALAH PACARAN
PACARAN ADALAH CINTA
SEHINGGA CINTA HARUS PACARAN
DAN TIDAK ADA CINTA TANPA PACARAN
Definisi cinta jaman sekarang telah banyak dirusak oleh hawa nafsu duniawi dan godaan setan yang membawa pada kesesatan dan kegelapan. Makna cinta yang agung dirusak oleh perilaku rendah anak-anak remaja bebek yaitu PACARAN. Kita biasa melihat pujangga-pujangga cinta palsu berjoget, berdendang, memainkan musik di televisi-televisi, berkoar-koar dan menganggap hanya dirinyalah yang tahu apa itu cinta.
Apa itu cinta menurut ajaran Islam ?
Baginda Rasulullah Saw bersabda “ Harga sebuah dunia jika dibandingkan dengan akhirat tidaklah sebanding, jika engkau memasukan jarimu ke lautan, lalu kau angkat jari itu, dan lihatlah tetesan air yang ditinggalkan jari itu, itulah harga dunia, sedangkan lautan yang luas itu adalah Harga Akhirat. (HR. Ahmad)
Jadi perbandingan nikmat dunia dan nikmat akhirat adalah harga dunia = setetes air laut, sedangkan harga akhirat = seluruh air yang ada di Samudera yang luas.
Maka tidaklah heran kaum mukmin jaman dahulu, pujangga-pujangga cinta jaman dahulu berjiwa lautan, mereka tidak masalah lupa daratan, asalkan mereka tidak lupa lautan.
Kisah Cinta Hazalah RA.
Hanzalah adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW, secara penampilan fisik dia ( Maaf ) kurang menarik ( Jelek ), kulitnya hitam, tubuhnya pendek, dan agak gemuk ( maaf banget bukan bermaksud menghina sahabat ).
Tapi dia berhasil menikah dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita. Kenapa si gadis ini mau menikah dengan Hanzalah yang secara fisik kurang menarik ( maaf ), jelas karena Hanzalah Ra adalah pemuda yang istimewa, karena Istimewa pasti akan mendapat lebih banyak atau lebih baik. Si gadis tertarik atas keistimewaan akhlak Hanzalah Ra.
Ketika malam hari setelah hari pernikahannya, maka Hanzalah pun melaksanakan apa yang biasa dilakukan pengantin baru, yaitu MALAM PERTAMA, mungkin malam itu adalah malam paling indah dalam hidup kedua insan makhluk Allah tersebut, bahkan para Malaikat pun iri melihatnya dan mereka berkhayal, ingin sekali rasanya menjadi manusia.
Setelah Hanzalah puas berbulan madu, dia pun tertidur lelap disamping istrinya. Ketika waktu akan memasuki sepertiga malam terakhir ( Sekitar Jam 3 malam ), rumah Hanzalah digedor orang, mereka membangunkan Hanzalah, ternyata Panggilan Jihad Fi Sabilillah datang menghampiri Hanzalah.
Tanpa banyak pertimbangan Hanzalah bangkit dari tempat tidurnya, meminta ijin pada Istrinya untuk berjihad dan istrinya dengan ikhlas mengijinkannya. Kemudian dengan bergegas Hanzalah mengambil pedangnya, menunggang kuda, dan berangkat ke Medan Perang pagi itu juga.
Di sana, telah menunggu pasukan kafir yang jumlahnya besar dan hendak menggempur Madinah. Perang pun berkobar pagi itu juga, Hanzalah maju ke medan perang tanpa gentar sedikitpun, sampai akhirnya dia tewas dengan puluhan sabetan pedang dan panah.
Perang selesai, dan keajaiban terjadi, Baginda Rasulullah SAW melihat arwah Hanzalah sahabatnya dimandikan oleh Malaikat dengan mata air Salsabil ( mata air Surga ), subhanallah, sabda Nabi Saw. Kemudian Nabi Muhammad Saw menyuruh Abu Bakar untuk bertanya pada istri Hanzalah, kenapa arwah Hanzalah dimandikan oleh Malaikat dengan mata air surga.
Kemudian Abu Bakar pun bertanya kepada istri Hanzalah, kenapa Rasulullah Saw melihat arwah Hanzalah suaminya dimandikan oleh Malaikat dengan mata air salsabil, Istri Hanzalah berkata bahwa ketika sang suami berangkat perang dia masih dalam keadaan junub atau belum mandi besar setelah berhubungan suami istri, dia tergesa-gesa berangkat perang karena bagi dia NIKMAT DUNIA yaitu “malam pertama” YANG NILAINYA HANYA SETETES AIR LAUT SAJA, SUDAH TERASA BEGITU NIKMAT, APALAGI NIKMAT AKHIRAT YANG SELUAS LAUTAN.
Itulah makna cinta sejati yang dicontohkan oleh sahabat Hanzalah, cinta yang tidak hanya berdasar hawa nafsu semata, tetapi cinta Illahi yang seluas Samudera, seluas langit dan bumi.
SUDAHKAH KITA MEMPUNYAI CINTA SEKUALITAS SAHABAT HANZALAH RA.
*Puisi Jalalludin Rumi yang diadaptasi dan sedikit perubahan oleh Habiburahman El Zirasy dalam novel Ketika Cinta Bertasbih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar